Senin, Juli 19, 2010

Festival Budaya Pesisir Amburadul

JAKARTA, MP - Kotor, becek, tidak teratur alias amburadul. Itulah kesan sebagian besar pengunjung Festival Budaya Pesisir yang digelar di kawasan Muara Kanal Banjir Timur (KBT), Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Minggu (18/7). Mereka kecewa, karena tempat wisata yang dijadikan tempat festival tersebut ternyata tak seperti yang dibayangkan sebelumnya.

Bahkan, tempat parkir pun tak ada yang mengatur. Sehingga kendaraan roda dua dan roda empat asal-asalan keluar-masuk areal itu, dan di tempat yang mestinya bisa dinikmati pemandangannya, ternyata juga dipadati dengan kendaraan yang sembarangan memarkirkan kendaraannya.

Di setiap sudut tak ada satupun tong sampah. Akibatnya, sampah berserakan di sana-sini. Bahkan acara yang digelar Sudin Kebudayaan dan Pariwisata Jakarta Utara itu hanya mengotori laut, sebab sampah-sampah dibuang ke laut lantara tak tersedia satupun tempat sampah.

Hal itu juga disayangkan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Pridjanto, yang datang menutup Acara Festival Budaya Wisata Pesisir tersebut. Menurutnya, kegiatan tersebut sangat bermanfaat untuk meningkatkan kunjungan wisata di Jakarta, termasuk melestarikan kebudayaan pesisir sebagai warisan leluhur jangan sampai punah dan diambil oleh orang asing. Namun sayang, tampaknya masih belum optimal masih ada ditemui sampah yang mengotori laut.

"Saya tadi meninjau lokasi sekitar pantai, namun sayang masih ditemui warga yang membuang sampah ke laut. Ini kan merupakan titik objek wisata yang harus dijaga kebersihannya. Ya, seharusnya disediakan tempat sampah di setiap sudut. Untuk itu, kita harus membudayakan budaya hidup bersih, begitu juga menjaga kebudayaan seni pesisir," kata Pridjanto.

Dalam acara yang digelar di lokasi juga merupakan Pantai Publik itu, ada sekitar 60 stand bazaar yang dibangun panitia. Tapi sayang, bagunan stand itu banyak mendapatkan keluhan. Alasannya pengguna stand merasa dibohongi oleh panita penyelenggara.

"Janjinya kami dengan harga satu juta lebih dapat tiga stand, ternyata sesampainya di sini cuma dapa dua," kata Emy Herniwaty, Koordinator Lembaga Pendidikan non-Formal di Stand Sudin Pendidikan Menengah Jakarta Utara, Minggu (18/7).

Menurut Emy, dia sangat kesal dengan tindakan panitia yang membohongi pihaknya itu. Alasannya, semua yang direncanakan kacau balau. "Tahu ini, kami sebenarnya sudah mempersiapkan lima pasang penganten, tapi ya karena begini hanya satu yang kami tampilkan," lanjutnya dengan
wajah murung.

Di tenda tempat pintu masuk yang dikelolanya itu memang tersedia beberapa program yang digratiskan bagi pengunjung, seperti potong rambut, tata boga, dan sepah rias penganten.

Padahal, kata dia, dibukanya stand itu, selain untuk memeriahkan, juga untuk membina anak-anak yang putus sekolah melalui pendidikan di luar
sekolah. "Kami juga buka sablon gratis, tapi jadinya tidak sempurna
karena lagi-lagi masalah tempat yang tidak sesuai pesanan," cetusnya.
Di stand-nya itu sudah ada beberapa salon yang turut terlibat membantu
secara cuma-cuma, yakni Avderia Salon, Relita Salon, Gatri Salon, dan
Yuli Salon.

Sebelumnya, Wali Kota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono berjanji akan melaksanakan kegiatan tersebut secara maksimal. Janji serupa juga
diungkapkan Kasudin Kebudayaan Jakarta Utara, Nanny Ophir Yani. Namun,
kenyataan berbicara lain, sebab festival tersebut amburadul. (cok)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails