Senin, Mei 17, 2010

Jembatan Marunda Kembali Ambrol

JAKARTA, MP - Belum juga genap satu tahun diperbaiki, jembatan Arteri Marunda di Jl Cilincing Raya, Jakarta Utara kembali ambrol. Padahal, pada Februari dan Desember 2009 lalu, jembatan itu juga pernah ambrol dan diperbaiki. Agar dapat dilalui kendaraan, di badan jembatan itu dipasangi plat baja setebal 15 sentimeter dan berukuran 3 x 2 meter. Namun sebagian kendaraan terpaksa dialihkan ke Jl Arteri Marunda Baru untuk menuju Jl Cilincing Raya, guna menghindari kemacetan yang panjang. Kendati begitu, kemacetan lalu lintas terus terjadi sepanjang dua kilometer, utamanya jalur menuju dan dari kawasan Berikat Nusantara (KBN) Marunda.

Informasi yang berhasil dihimpun di lapangan menyebutkan, ambrolnya jembatan arteri ini sebenarnya sudah terjadi sejak Sabtu (15/5) silam, tepatnya pada pukul 18.30. Jembatan yang membentang di atas Kali Cakung Lama ini sebelumnya sudah pernah rusak dan beberapa kali diperbaiki. Perbaikan terakhir dilakukan pada awal Desember 2009 lalu. Paska amrolnya jembatan itu, kini lalu lintas di kawasan itu menjadi macet total. Apalagi kendaraan yang melintas didominasi oleh truk kontainer.

"Jembatan ini sudah dua kali diperbaiki sebelumnya, yakni pada Februari dan Desember 2009. Eh, tidak tahunya rusak lagi. Akibatnya, para sopir kendaraan yang melintas di atas jembatan harus ekstra hati-hati. Hal ini menimbulkan kemacetan sepanjang 2 kilometer di Jl Cilincing Raya," keluh Sopar Sitinjak, salah satu sopir truk kontainer yang mengantri di Jl Cilincing Raya menuju pool di KBN Marunda, Senin (17/5) sore.

Ia mengaku, sejak jembatan itu ambrol, pengiriman barang ke terminal peti kemas maupun ke konsumen menjadi tersendat. Biasanya, paling lama sopir hanya membutuhkan waktu setengah jam dari Pelabuhan Tanjungpriok sampai ke Marunda. Namun sekarang, jarak tempuhnya bisa sampai dua jam lebih untuk sampai ke Marunda.

Hal senada diungkapkan Irman (35), seorang sopir kontainer lainnya. Menurutnya, akibat jembatan rusak lalu lintas menjadi macet total. Apalagi saat jam sibuk, yakni pagi dan sore hari, kepadatan kendaraan makin bertambah panjang. "Gara-gara macet, penghasilan kami jadi berkurang. Seharusnya bisa empat kali angkut peti kemas ke pelabuhan. Tapi sekarang paling cuma bisa dua kali. Padahal sekali angkut uang intensif-nya Rp 200 ribu," kata sopir kontainer PT Parnaraya Transportation.

Karena itu, Irman meminta agar jembatan Arteri Marunda segera diperbaiki karena jalan itu merupakan sarana vital arus lalu-lintas dari KBN Marunda menuju Pelabuhan Tanjungpriok dan sebaliknya. "Jembatan ini memang sering rusak. Harusnya dibangun dua kali lebih kuat dari jembatan biasa. Sebab, truk- truk besar sering lewat sini," terangnya.

Kepala Unit Lalu Lintas Polsek Metro Cilincing, Iptu Mustofa, mengatakan, akibat kerusakan jembatan itu, sejumlah kendaraan yang melintas seperti truk, bus, mobil pribadi, hingga sepeda motor harus memperlambat kecepatan. Akibatnya, kepadatan lalu lintas kian tak terhindarkan. "Untuk memperlancar arus lalu-lintas di jalur Arteri Marunda, kami memberlakukan rekayasa jalur buka tutup per setengah jam. Supaya kemacetan bisa mencair, khususnya di jam sibuk. Apalagi saat ini dalam perbaikan menurut mandor pekerjanya memakan waktu 10 hari ke depan," katanya.

Selain memberlakukan buka tutup jalur, sebagian kendaraan juga dialihkan ke Jl Arteri Marunda Baru menuju Jl Cilincing Raya guna menghindari kemacetan panjang. Pengalihan lalu lintas ini hanya untuk jenis mobil pribadi dan truk-truk berukuran sedang.

Kasudin PU Jalan Jakarta Utara, Maman Suparman, mengatakan, perbaikan jembatan Arteri Marunda merupakan wewenang pemerintah pusat yaitu Departemen Pekerjaan Umum dan pengawasannya di Dinas PU DKI Jakarta. “Itu merupakan wewenang Binamarga dan Dinas PU Jalan DKI Jakarta. Kami hanya berkoordinasi dan mengawasi jalannya perbaikan saja," katanya singkat.

Namun Kepala Satuan Kerja (Satker) Pembangunan Jalan dan Jembatan Departemen PU, Arie Armada, mengaku untuk perbaikan dan perawatan jembatan Arteri Marunda sudah dikembalikan wewenangnya ke Dinas PU DKI Jakarta. "Dulu memang kami yang mengerjakan karena Dinas PU DKI Jakarta tidak ada anggaran. Jembatan itu sangat vital. Namun, kini kami serahkan semuanya ke Dinas PU DKI Jakarta," kata Arie ketika dikonfirmasi melalui telepon, Senin (17/5).

Ia menuturkan, kerusakan jembatan terjadi karena padatnya volume lalu lintas kendaraan di jalan itu. Apalagi jalan itu sering dilintasi angkutan berat sejenis kontainer maupun truk tronton. “Bisa saja aspalnya mengelupas akibat beban yang terlalu berat,” jelasnya.

Meskipun terjadi kerusakan, ia menjamin jembatan itu masih mampu menahan beban karena di bawah jalan sudah menggunakan deck plate baja. Tak hanya itu besi stringer (balok baja) juga sudah diganti yang baru saat perbaikan tahun lalu, sebelum dibeton dan diaspal. Untuk betonnya, menggunakan tipe K-500 yang kondisinya jauh lebih baik dari K-350, yang digunakan sebelumnya. (red/*bj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails