Rabu, Juli 15, 2009

Ratusan Koperasi Nelayan Jakut Tak Berfungsi

JAKARTA, MP - Ribuan nelayan di Jakarta Utara seperti kebingungan dalam memenuhi kebutuhan modal untuk melaut. Sebab, hingga kini koperasi nelayan yang masih eksis hanya tinggal empat koperasi. Ke depan, koperasi nelayan yang mati suri dan masih eksis akan mendapat pembinaan agar menjadi koperasi yang mandiri.

Dengan empat koperasi yang masih bertahan jelas tidak mampu memenuhi kebutuhan nelayan yang jumlahnya mencapai ribuan. Data Suku Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan Jakarta Utara mencatat, tahun lalu jumlah nelayan mencapai 20.215 orang, dengan rincian 10.418 nelayan tetap dan 9.797 nelayan pendatang. Sedangkan jumlah perahu yang digunakan untuk melaut sebanyak 4.855 unit. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan pada tahun 2007 yang hanya 19.304 nelayan. Diantaranya nelayan tetap sebanyak 12.027 dan nelayan pendatang sebanyak 7207.

Keempat koperasi nelayan yang masih aktif adalah, Koperasi Mina Jaya (Muaraangke), Koperasi Mina Muara Makmur (Muarabaru), Koperasi Mina Baruna (Muarabaru), dan Koperasi Mina Perdana Samudera (Kalibaru). “Kami akan berupaya menjalin sinergi dengan unit terkait lainnya untuk menghidupkan koperasi nelayan yang mati suri. Saat ini, hanya ada 4 koperasi nelayan di Jakarta Utara yang tercatat masih aktif. Koperasi nelayan dapat berfungsi sebagai wadah simpan pinjam bagi anggotanya," ungkap Edi Santoso, Kasudin Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Jakut, Rabu (15/7).

Mengenai koperasi nelayan yang banyak mati suri, Kasudin Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) Jakut Baharuddin Z mengatakan, akan melakukan pembinaan terhadap koperasi yang eksis dan tengah mati suri. "Memang sangat miris melihat keberadaan koperasi nelayan di Jakut yang hanya tinggal beberapa saja yang masih aktif. Ini akan menjadi target kami untuk menggeliatkan kembali agar kehidupan nelayan bisa lebih baik lagi," ujarnya.

Untuk melakukan pembinaan terhadap koperasi nelayan, Baharuddin menerangkan, lebih mengedepankan aspek kemandirian koperasi. Kurang optimalnya sistem manajemen koperasi nelayan membuat ratusan koperasi mati suri. Untuk membangkitkannya kembali, katanya, koperasi nelayan ini harus diberi kesadaran dari para anggota untuk berkoperasi. “Kehidupan nelayan ini kalau kita tidak jalankan pembinaan, siapa lagi yang akan memberikan binaan. Yang pasti pada umumnya nelayan-nelayan di Jakut ingin bangkit kembali,” paparnya.

Baharuddin menjelaskan, pembinaan yang dilakukan Sudin KUMKMP Jakut meliputi pengelolaan usaha, sistem pembukuan, dan sistem manajemen keuangan. “Kewajiban koperasi adalah mencari pangsa pasar serta biaya permodalannya, sehingga nelayan akan memproduksi sebanyak mungkin hasil laut dan bisa meningkatkan kesejahteraan koperasi berikut anggotanya,” ujar Baharuddin. Langkah ini, lanjutnya, berguna juga untuk memutus mata rantai rentenir yang sangat menyengsarakan nelayan.

Baharuddin berharap, ke depan jika ada koperasi nelayan yang dikelola dengan baik, pastinya membuat nelayan akan menjadi makmur dan mampu mendongkrak perekonomian masyarakat Jakarta Utara. “Bila pengelolaan koperasi baik, tentunya nelayan tidak dipusingkan lagi soal bahan bakarnya. Sehingga nelayan akan mencari ikan sebanyak-banyaknya,” tegasnya. (cok/*b)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails