Sabtu, Februari 06, 2010

400 Pelajar DKI Tanam 10 Ribu Mangrove di PIK

JAKARTA, MP - Walau bulan Maret mendatang sebagian besar pelajar ibukota akan mengikuti ujian nasional (UN), tak berarti mereka acuh dengan masalah lingkungan. Buktinya di tengah kesibukan mempersipakan UN tersebut, sedikitnya 400 pelajar se-DKI menyempatkan diri menanam 10.000 bibit bakau (mangrove) di kawasan Restorasi Mangrove Hutan Lindung Angke Pantai Indah Kapuk, Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (6/2).

Kegiatan yang dilakukan komunitas pendidikan ini dalam rangka ikut peduli menanggulangi fenomena pemanasan global (global warming). Acara ini diawali dengan penanaman mangrove yang dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi Mulyanto berserta jajarannya. Selanjutnya disusul oleh 400 pelajar perwakilan dari sekolah menengah se-Jakarta.

Tanpa segan-segan, Taufik Yudi Mulyanto memberikan contoh pada para siswa dengan cara turun ke kubangan lumpur di bibir pantai untuk menanam bibit mangrove. Bahkan sebagian lumpur berwarna hitam itu sempat mengotori tubuh dan pakaiannya. “Sebagai pimpinan tidak boleh hanya perintah saja, tapi harus ikut turun mencontohkannya. Jadi biar sama-sama kena lumpur,” seloroh Taufik saat melakukan penanaman mangrove yang diikuti para kepala sekolah, guru, maupun pelajar.

Ia menuturkan, kegiatan penanaman bibit mangrove ini untuk menahan abrasi, menahan instrusi air laut, serta menurunkan kondisi gas CO2 di Atmosfir sekaligus menahan angin dari laut.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Luasnya mencapai 25 persen atau 4,5 juta hektar dari luas hutan mangrove di seluruh dunia yang jumlahnya mencapai 18 juta hektar.

Jumlah itu, kata Taufik, setara dengan 3,8 persen dari total luas hutan di Indonesia secara keseluruhan. Dari data statistik itu terlihat bahwa luas hutan mangrove dunia mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari 19,8 juta hektar (1980) menjadi 14,7 juta hektar (2000).

Fungsi penting hutan mangrove sebagai pelindung alami efektif untuk menahan erosi pantai, penunjang keseimbangan habitat pantai, menyuplai makanan, bahan obat-obatan dan kayu bakar untuk penduduk sekitar. Ini merupakan salah satu faktor utama dalam fenomena pemanasan global. Sehingga beberapa negara sudah mulai melakukan program konservasi untuk menjaga kelestariannya. Begitu juga kawasan Jakarta Utara yang memiliki kawasan pesisir pantai.

Dengan penanaman mangrove yang dilakukan komunitas pendidikan ini, diharapkan mampu mencegah abrasi maupun luapan air laut pasang atau rob yang belakangan ini kerap menggenangi kawasan pemukiman warga sekitar. “Saya juga berharap jangan cuma menanam tapi harus turut merawatnya. Soalnya, sebelum besar bibit mangrove ini sering dirusak burung jadi perlu dijaga dan dirawat,” imbuhnya.

Ia mengungkapkan, acara menanam mangrove ini tentunya tidak hanya sekadar seremonial saja, namun juga memiliki nilai edukasi yaitu mengajarkan generasi muda, khususnya pelajar untuk mencintai lingkungan dengan menanam mangrove sekaligus merawatnya.

Uniknya, penanaman bibit mangrove ini merupakan hasil pembibitan para siswa-siswi SMAN 41 yang dikomandoi Kepala Sekolah SMAN 41, Salim, sejak April 2009 lalu. “Dengan begitu para pelajar merasa memiliki mangrove tersebut sehingga mereka terpanggil untuk turut menjaga serta merawatnya. Tentunya dengan begitu masalah pemanasan global, abrasi, naupun rob bisa teratasi bersama,” tandas Taufik.

Vence Maria, satu siswi SMAN 75 yang ikut serta dalam kegiatan menanam mangrove tersebut mengaku senang bergabung menjadi salah satu peserta. Dengan begitu, ia menjadi tahu kondisi pantai Jakarta yang saat ini sudah mengalami abrasi karena minimnya hutan mangrove di bibir pantai.

“Saya senang bisa ikut kegiatan ini. selain menambah teman, saya menjadi tahu pentingnya kawasan pantai yang harus dijaga oleh tanaman mangrove agar tak terjadi abrasi maupun rob,” katanya. (red/*bj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails