Rabu, Oktober 28, 2009

Warga Keluhkan Proyek Saluran Air Asal Jadi

JAKARTA, MP - Warga yang bermukim di Jl Gereja Tugu, RW 02, Semperbarat, Jakarta Utara mengeluhkan proyek pembuatan saluran dan pengurasan air yang dikerjakan asal jadi. Mereka khawatir saluran tak berfungsi sebagaimana mestinya.

Menurut warga, pengerukan dan penurapan saluran air sepanjang 500 meter itu, terkesan dikerjakan secara asal-asalan dan tidak profesional. Pasalnya, beton yang menyerupai huruf `U` yang dipasang di dasar saluran, tidak rapih dan banyak yang berlobang. Padahal, beton tersebut sebagai landasan untuk saluran air sehingga harusnya dipasang secara rapat dan tidak berjarak.

"Saya lihat beton leter U-nya dipasang separuh-separuh. Bahkan, ada yang dipasang beberapa meter, tapi ada juga yang tak dipasang. Sehingga ada jarak antara beton satu dengan yang lainnya, harusnya kan dipasang rapat-rapat," kata Roby, warga RW 02, Semperbarat, Rabu (28/10).

Diakuinya, warga yang berada di sekitar proyek khawatir perbaikan saluran air tersebut sia-sia karena ada sebagian yang tak dipasang beton berbentu huruf `U`. “Khawatirnya kalau hujan tak mampu menampung air, dan air akan meluber ke jalan dan permukiman warga," tambah Sofian, warga lainnya yang berjualan di sepanjang Jl Budhidarma, lokasi perbaikan saluran air.

Bahkan, menurutnya, warga sempat mempertanyakan kepada pekerja dan mandor proyek pekerjaan saluran air tersebut, namun mereka beralasan ada beberapa titik yang tidak bisa dipasang beton leter U, karena ada kabel telepon maupun pipa air bersih. “Alasan mereka, karena ada pipa dan kabel di dalamnya,” kata Sofian.

Berdasarkan pantauan beritajakarta.com, proyek pekerjaan saluran air dikerjakan sepanjang sisi kiri dan kanan Jalan Budhidharma yang lebih dari satu kilometer itu, masih dikeruk dan dibeton. Sayangnya, pembetonan yang dikerjakan di lingkungan Kelurahan Tuguutara dan Semperbarat itu sepotong-sepotong, sehingga nampak janggal.

Selain itu, warga juga mengeluhkan kecerobohan para pekerja proyek lantaran tanah kerukan serta puing-puing bongkaran diletakkan seenaknya saja, sehingga kotorannya beterbangan ke mana-mana.

Seperti diakui seorang pemilik Warteg, Sri Ayu. Dia mengaku kesal dengan cerobohnya para pekerja proyek. Sebab, tumpukan tanah dan puing-puing diletakkan seenaknya di depan warungnya sehingga pembeli enggan masuk ke warungnya. “Karena ada tumpukan lumpur, warung saya jadi sepi mas,” tandasnya kesal.

Lain lagi dengan pekerjaan proyek pengerukan dan perbaikan saluran air di sepanjang Jalan Lodan, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara. Meski pekerjaannya sudah selesai, tetapi tumpukan lumpur dan sisa-sisa material masih dibiarkan teronggok di tengah jalan. “Wah, sudah dari Lebaran tumpukan lumpur itu sengaja dibiarkan di jalan. Akibatnya, arus lalu-lintas di jalan itu macet. Apalagi ketika pagi atau menjelang sore saat arus lalu-lintas padat,” kata Billy, warga Lodan sembari menunjukkan tumpukan lumpur yang sudah mongering tersebut.

Para pengguna kendaraan bermotor terutama mobil juga mengeluh saat melalui Jalan Lodan Raya, Ancol. Pasalnya, sejak beberapa bulan ini kemacetan yang terjadi di jalan itu semakin parah. Hal itu karena galian tanah pengerjaan proyek saluran air di jalan tersebut tak kunjung diangkat.

"Sudah beberapa bulan ini tanah bekas galian saluran air dibiarkan berceceran dan menumpuk di pinggir jalan. Padahal, arus lalu-lintas di sini sangat padat sehingga menimbulkan kemacetan. Apalagi kalau jam-jam sibuk,” kata Saiful (31), pengendara mobil Toyota Avanza hitam yang melintas di Jalan Lodan.

Menurut warga Sunter Agung, Tanjung Priok ini, gara-gara kemacetan tersebut, perjalanan dari rumahnya di Jalan Danau Sunter Selatan menuju Pluit yang biasanya ditempuh paling lama hanya 30 menit, menjadi lebih lama. "Sekarang bisa berjam-jam lamanya gara-gara tumpukan tanah dan sisa material di Jalan Lodan,” kataya lagi.

Mobil-mobil besar seperti trailer dan truk yang kerap melalui jalan ini juga menambah kepadatan arus lalu lintas. "Ditambah lagi dengan tak ada petugas yang membantu mengatur arus lalu lintas, yang ada malah Pak Ogah," katanya. Kesempatan ini tentu dimanfaatkan oleh sejumlah warga yang membantu mengatur arus lalu lintas dengan meminta imbalan uang Rp500 atau Rp1.000 dari setiap pengendara mobil yang lewat.

Kasudin PU Tata Air Jakut, Irvan Amtha, mengaku belum mengetahui soal belum diangkatnya bekas galian tanah tersebut. Oleh karena itu, pihaknya akan mengecek ke lapangan dan memanggil kontraktornya. “Saat ini, sedikitnya ada 105 titik saluran air dan kali di pemukiman warga yang dikerjakan, termasuk kali-kali besar yang usianya sudah puluhan tahun. Saat ini masih dalam tahap pekerjaan. Jika memang ada yang dikerjakan tidak sesuai teknis, kami akan panggil pemborongnya,” tandas Irvan singkat. (red/*bj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails