JAKARTA, M86 - Belakangan ini, kondisi Menara Syahbandar yang berada di Museum Bahari, Penjaringan, Jakarta Utara tampak sangat memprihatinkan. Sebab, menara itu kini miring hingga lima derajat dan tampak doyong.
Alhasil, pihak pengelola museum pun kini mulai membatasi jumlah pengunjung yang hendak masuk menara agar tidak kelebihan beban. Yang lebih mengkhawatirkan pihak pengelola, menara yang memiliki dua lantai ini juga kerap ikut bergetar setiap kali truk kontainer melintas di depan museum.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Museum Bahari, Irfal Guci mengatakan, dirinya tidak mengetahui kapan tepatnya kemiringan Menara Syahbandar hingga seperti saat ini. Dirinya memperkirakan, kemiringan menara lebih disebabkan oleh lunahnya tanah yang ada di bawah menara.
"Kondisi ini makin parah dengan padatnya truk bermuatan berat yang melintas di Jalan Pakin, sehingga menara semakin terasa getarannya. Kalau tidak segera direhab, kemiringannya akan terus bertambah dan ini sangat berbahaya," kata Irfal.
Selain itu, pihaknya membatasi jumlah pengunjung yang hendak masuk ke menara. Pembatasan dilakukan sebagai antisipasi agar menara yang telah doyong itu, tidak kelebihan beban. "Kami membatasi sekali masuk maksimal 10 pengunjung. Ini untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan," ujar Irfal.
Irfal menjelaskan, pihaknya telah berulang kali meminta kapada pemerintah untuk merehabilitasi museum tersebut. Namun, hingga kini belum ada perbaikan berarti yang dilakukan pihak terkait. "Kalau pun ada perbaikan, paling hanya mengecat menara saja," ujarnya.
Dijelaskannya, pihak museum sendiri setiap tahunnya menerima anggaran dari Pemprov DKI Jakarta sebesar Rp 700 juta. Dana itu dialokasikan Rp 500 juta untuk biaya kebersihan dan perawatan benda-benda koleksi museum, Rp 100 juta untuk operasional, dan sisanya Rp 100 juta untuk biaya penyuluhan dan sosialisasi. "Untuk perbaikan menara setidaknya membutuhkan biaya Rp 3 miliar hingga Rp 5 miliar," ujarnya.
Menara Syahbandar merupakan salah satu bangunan bersejarah yang terdapat di Museum Bahari. Menara yang pernah menjadi Tugu Nol Kilometer Jakarta ini didirikan Pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1839. Menara ini dibuat untuk memantau aktivitas kapal-kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa. Saat itu, menara setinggi 12 meter dengan lebar 4x8 meter ini juga berfungsi sebagai kantor kepabeanan. (dya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar