JAKARTA, MP - Untuk mencegah amblas dan penurunan lahan di Dermaga Muara Angke yang terletak di Penjaringan, Jakarta Utara, Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta terus melakukan beberapa langkah perawatan dan pencegahan serta perbaikan. Sebagaimana diketahui, saat ini Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami penurunan lahan terutama untuk kawasan yang berbatasan langsung dengan laut seperti dermaga, break water (pemecah gelombang), dan tanggul.
"Saat ini kami tengah melakukan upaya perbaikan terhadap Dermaga Lama (A) Muara Angke sepanjang 75,9 meter dan akan dilanjutkan pada bagian lainnya pada tahun 2011 dengan diperkuat oleh tiang pancang," ujar Ipih Ruyani, Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta.
Penurunan lahan terutama untuk kawasan yang berbatasan langsung dengan laut seperti dermaga, break water dan tanggul, dijelaskan Ipih, diduga disebabkan kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi. Hal ini sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, di mana telah terjadi kenaikan air muka laut setinggi 7,8-8 milimeter per tahun di Jakarta Utara yang menyebabkan meluasnya daerah genangan air serta perubahan luasan lahan basah dan dataran rendah yang diperparah oleh penurunan muka tanah antara 0,87 sentimeter per tahun di Kecamatan Penjaringan dan kawasan Marunda.
Terkait fenomena yang terjadi, dikatakan Ipih, pihaknya telah melakukan berbagai upaya antara lain tindakan yang bersifat pencegahan dan perbaikan terhadap berbagai sarana vital yang ada yakni, dermaga, break water, gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI), cold storage, pelataran kontainer, areal parkir pabrik es dan lain sebagainya.
Saat ini, terdapat empat dermaga di Pelabuhan Perikanan Muara Angke yakni, Dermaga Lama (A) seluas 170 meter persegi, Dermaga B berukuran 50 meter x 7,75 meter, Dermaga C berukuran 171 meter x 7,75 meter serta Dermaga D berukuran 133,6 meter x 7,75 meter.
Adapun dermaga yang mengalami penurunan sebagaimana sempat diberitakan di salah satu media massa ibu kota yakni Dermaga Lama (A) yang merupakan dermaga tertua yang dibangun pada tahun 2003 lalu. Dermaga itu berstruktur gravity wall dan berbeda dengan ketiga dermaga yang lain yang bertipe tiang pancang yang masih stabil sampai dengan saat ini.
Untuk mengurangi gerusan dan limpasan air di depan tanggul, ditambahkan Ipih, saat ini telah dipasang rip-rap dari tetra pod. "Sedangkan untuk mengantisipasi pengaruh kenaikan muka laut yang terjadi pada tahun ini, akan kami lakukan peninggian break water dengan tetra pod," kata Ipih.
Sedangkan untuk bangunan-bangunan utama, seperti gedung TPI, gedung Cold Storage dan Pasar Grosir telah dibangun dengan konstruksi tiang pancang untuk mengantisipasi berbagai dampak pemanasan global dan perubahan iklim. (cok)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar