Kamis, Agustus 12, 2010

Pasar 'Dadakan' Marak di Jakut

JAKARTA, MP - Dua hari memasuki pelaksanaan ibadah puasa, sejumlah lokasi di wilayah Jakarta Utara mulai marak dengan keberadaan pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di beberapa lokasi yang sebenarnya dilarang sebagai tempat berjualan. Tak pelak, pemandangan seperti pasar tumpah pun terlihat di sejumlah lokasi yang dipenuhi para PKL dadakan tersebut. Bahkan, kemunculan pasar tumpah itu juga berdampak pada kemacetan arus lalu lintas di sekitar pasar tumpah.

Dari pantauan sejumlah lokasi yang kerap dijadikan pasar tumpah oleh PKL musiman itu antara lain terdapat di Jalan Swasembada Timur 14, Jalan Swasembada Timur 3, Jalan Sungai Bambu, Jalan Kebon Bawang, Jalan Lorong 104, Jalan Bendungan Melayu (Benlay), Jalan Kramat Jaya depan Islamic Center dan lain sebagainya.

Biasanya, para pedagang dadakan menempati lokasi-lokasi itu pada waktu-waktu tertentu seperti jam 06.00-10.00 pada pagi hari atau jam 15.00-22.30 pada sore hingga malam hari. “Sebenarnya pedagang musiman seperti ini sudah berlangsung lama. Biasanya mereka berjualan sejak menjelang sore hingga malam hari,” ujar Karmono (45), warga Jalan Swasembada Barat RT 02/04, Kebonbawang, Tanjungpriok, Kamis (12/8).

Para pedagang musiman itu mengaku membayar uang kas untuk RT sebesar Rp 7.000 dan uang solar untuk genset Rp 3.000 agar bisa berjualan dilokasi yang disiapkan menjadi pasar tumpah tersebut. “Kita biasanya dimintai sejumlah uang. Kadang sebulan sekali kami pindah ke tampat lain seperti Koja, Cilincing atau bahkan seputar kawasan ini saja,” ungkap Rizal (27), salah seorang pedagang pakaian yang biasa menggelar dagangannya di Jalan Sungai Bambu ini.

Menanggapi maraknya pedagang musiman itu, Sekretaris Kota (Sekko) Administrasi Jakarta Utara, Sulistiyono menyayangkan keberadaan para pedagang yang kerap menempati bahu jalan tersrbut. Padahal, pihaknya melalui Sudin Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) Jakarta Utara telah menyiapkan lokasi binaan untuk mengakomodir mereka.

“Seperti Lokbin A, B, dan C yang ada di Lorong 104 dipersiapkan untuk mereka agar bisa berdagang dengan layak. Bangunan itu mampu menampung lebih 300 pedagang. Tapi sayangnya mereka enggan menempatinya. Padahal kami beri mereka kemudahan dan kenyaman di sana," jelasnya.

Di Jakarta Utara sendiri terdapat 14 lokasi binaan diantaranya, Pasar Ular Plumpang, Pasar Bahari, Lorong 104, Pasar Kelapagading dan Pasar Pademangan, yang hingga saat ini sudah menampung sekitar 5.000 pedagang. "Saya sangat berharap pedagang bisa menempati lokbin yang telah tersedia. Lokbin ini biasanya dibina bagi mereka yang belum mampu dagang dengan skala besar. Jadi, dengan pemberdayaan lokbin diharapkan pemberdayaan ekonomi pedagang kecil tetap kami akomodir dengan baik," tandasnya. (red/*bj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails