Kamis, Februari 18, 2010

Pupuk Kejujuran, SMPN 30 Jakut Bikin Wajur

JAKARTA, MP - Dalam memupuk kepribadian berprilaku kejujuran sejak usia dini. Tim monitoring Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri Jakarta Utara, melakukan peninjauan monitoring terhadap pendirian warung kejujuran (Wajur) di SMPN 30 Jakarta, Jalan Anggrek, Rawabadak Utara, Koja, Jakarta Utara Kamis (18/2) pagi.

Kedatangan team monitoring di dampingi Walikota Jakarta Utara Bambang Sugiyono, SE, Msi. Kantin kejujuran yang berukuran 5 X 2 meter tersebut sudah sejak tahun 2009 didirikan dengan menyajikan berbagai makanan, minuman, dan alat tulis yang sudah diberi harga. Dan para siswa didik untuk jujur ketika membeli sesuatu di warung tersebut sesuai dengan harga tercantum. Mereka memasukkan uang pembelian ke dalam kotak yang disediakan sebagai tempat pembayaran.

Walikota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono, menuturkan, pihaknya juga akan melakukan sosialisasi agar semua sekolah hingga instansi di Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara untuk mendirikan warung kejujuran. Apresiasi ini sebagai dukungan dan partisipasi Pemkot Jakut. Tujuannya adalah dalam rangka menegakkan kejujuran.

"Adanya wajur ini menguji kejujuran siswa sejak usia dini hingga dewasa nanti menjadi contoh dalam mengedepankan kejujuran," papar Bambang Sugiyono. Namun dalam kantin kejujuran yang berdiri tahun 2009 itu, di SMPN 30 mengalami kerugian dan sempat mandek karena kehabisan modal. Dan kini kembali digalakkan lagi. Namun diharapkan kedepannya, ada partisipasi guru dalam memberikan contoh. Bentuknya, turut serta membeli makanan di kantin kejujuran.

“Sebelumnya warung kejujuran ini mengalami kerugian sekitar Rp 133 ribu. Namun dalam sepekan ini mengalami peningkatan kerugian hanya Rp 45 ribu. Hal itu menandakan tujuan melatih kejujuran sudah mulai berjalan. Dan bisa saja kerugian itu bukan karena tak mau bayar. Tetapi bisa jadi karena tidak ada kembalian karena uangnya besar dibandingkan belanjanya sehingga lupa untuk membayar,” kata Bambang. Untuk itu diharapkan ke depan, pihak sekolah juga menyediakan kotak kembalian sehingga siswa bisa mengambil sendiri kembalian uangnya.


Begitu juga dengan pernyataan Widiyoko SH, MHum Kasie Puspenkum Kejagung. Tim monitoring yang diwakili Widiyoko menjelaskan tujuan monitorong ini melihat perkembangan wajur yang sudah berjalan dua tahun ini. "Kedepannya lewat wajur ini lahir generasi muda yang jujur dan bersih. Ia juga meminta perilaku jujur selain diberlakukan pada sekolah," harapnya.

Kedepannya, diperlukan adanya motivasi dari pihak pengajar denganmemberikan contoh lewat wajur. "Generasi 10 tahun kedepan dengan adanya kantin kejujuran ini bisa membina orang jujur, martabat jadi contoh ketauladan di kemudian hari," paparnya.

"Dari perkembangan pembentukan Wajur di sekolah-sekolah ini ternyata pembentukkan prilaku kejujuran bisa di jalankan," ujarnya.

Sedangkan HM Rusli Kepsek SMP 30 saat ditemui menjelaskan wajur ini dibentuk sebagai bentuk partisipasi dan dukungan sekolah terhadap pendidikan anti korupsi yang sedang digalakkan pemerintah. Karena korupsi yang terjadi di semua instansi maupun lembaga dalam berbagai bentuk yang mengkuatirkan semua pihak.

"Jadi dengan belajar lewat wajur ini dari usia dini bisa memotong rantai korupsi tersebut dengan harapan lahir generasi baru yang bebas dari korupsi. Dan siswapun bisa berlatih dan membiasakan diri untuk berlaku jujur," ujar M Rusli. (cok)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails