Rabu, Januari 06, 2010

Tragis, Kanker Ganas Hanya Diobati dengan Betadin

JAKARTA, MP - Karena sakit, orang bisa jatuh miskin. Itulah yang kini dialami Rasnawati (29), warga Jl Sungai Tiram RT 7/2, Marunda, Cilincing Jakarta Utara. Sebab, akibat bisul yang dideritanya sejak setahun lalu, ibu dua anak ini sampai menjual rumahnya untuk berobat. Ironisnya penyakit yang dideritanya itu hingga kini tak kunjung sembuh. Kini ia mengharapkan uluran tangan dari berbagai pihak.

Informasi yang berhasil dihimpun di lapangan menyebutkan, Rasnawati, menderita penyakit bisul sejak setahun lalu. Bisul sebesar kepalan tangan orang dewasa ini menyembul dari anusnya. Berbagai cara pengobatan telah ditempuhnya, mulai dari berobat ke dokter hingga alternatif telah dicoba. Toh, penyakitnya itu tak kunjung sembuh.

Terakhir ia menjual rumahnya di RT 009/2 Marunda, seharga Rp 16 juta untuk mengobati penyakit yang dideritanya itu. Namun penyakit bisul yang dideritanya itu tak juga sembuh. Kini ia pun tergolek lemas di tempat tidur. Saat ini, ia tinggal bersama orangtuanya di RT 007/2 Marunda, yang sehari-hari berprofesi sebagai pengayuh becak.

Rasnan (33), suami korban mengaku sudah menghabiskan banyak uang untuk mengobati penyakit yang menggerogoti istrinya itu. Disebutkan, bisul itu awalnya hanya benjolan kecil. Namun setelah dibawa ke RSCM, dokter memberikan vonis bahwa istrinya itu mengidap kanker ganas. Karena lama kelamaan di bagian dalam anusnya ada daging tumbuh lebih besar dibanding yang menyembul keluar.

Penyakit itu pertama kali diketahui pada Januari 2009 lalu, ada bisul di bagian anus. Kemudian istrinya dibawa berobat ke RSUD Koja, dengan menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dan memang tidak dipungut biaya. “Dengan menggunakan SKTM, istri saya mendapatkan pelayanan operasi secara gratis. Namun bisul tersebut hanya dibelah dan diberi cairan betadin saja. Tapi bisul yang dibelah itu tidak dijahit, dibiarkan menganga,” ujar Rasnan, yang sehari-hari bekerja sebagai Satpam di PT Sumosor, perusahaan yang bergerak di bidang jasa penitipan kontainer.

Selanjutnya, setiap minggu istrinya harus melakukan kontrol ke RSUD Koja seperti yang disarankan dokter. Namun sampai Maret 2009, bisul tersebut malah makin membesar. “Menurut dokter di RSUD Koja, saluran pembuangan (anus) istri saya tersumbat oleh daging yang tumbuh itu. Kemudian dokter melakukan operasi lagi untuk membuka saluran pembuangan, dengan cara membuat lubang di bagian perut dan kotoran keluar dari lubang itu serta ditampung dengan kantong khusus,” jelasnya.

Melihat kondisi istrinya yang semakin parah, Rasnan khawatir dan memutuskan membawa istrinya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Ironisnya, korban sempat ditolak karena menggunakan SKTM yang hanya ditandatangani lurah. "Kalau cuma tandatangan lurah tidak bisa, harus dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta," jelas Rasnan menirukan ucapan petugas administrasi di RSCM.

Rasnan pun segera mengurus surat-surat yang dibutuhkan. Akhirnya, Rasnawati dirawat di RSCM. Selama tiga bulan yakni dari Maret hingga Juni 2009, Rasnawati dirawat. Tapi penyakit itu, tak kunjung sembuh.

Yang menyedihkan, sebagai pasien dengan fasilitas kartu SKTM, istrinya itu kerap ditelantarkan. Perawatan atau perhatian dokter sepertinya tidak serius dalam menangani kasus istrinya tersebut. “Akhirnya saya putuskan untuk keluar dan menyudahi perawatan itu," papar Rasnan.

Selama di rumah, Rasnawati hanya berobat jalan sambil mengonsumsi obat anti biotik yang dibelinya seharga Rp 300 ribu untuk sekali minum. "Rasa sakit yang berlebihan hilang bila sudah minum anti biotik itu. Selain itu, juga memakai obat sejenis salep yang dioleskan pada daging tumbuh tersebut," jelas Rasnan.

Kini ia berharap ada pihak yang bisa membantu menyembuhkan penyakit istrinya. Disamping itu, ia juga meminta perhatian serius dari Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara agar dapat membantunya. Sebab kondisi perekonomiannya sudah payah, jangankan berobat, untuk makan sehari-hari saja keluarganya harus bersusah payah. Belum lagi, kedua anak korban yang masih duduk di kelas 1 dan 6 yang masih membutuhkan perhatian dan dana besar. “Kalau bisa kami minta bantuan dari Pemkot Administrasi Jakarta Utara maupun Dinas Kesehatan DKI Jakarta,” harapnya. (red/*bj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails