JAKARTA, MP – Dua momok kini menghantui para petambak di Marunda, jakarta Utara. Rob yang datang tanpa diduga, dan limbah industri yang mencemari lingkungan dan meracuni pembibitan.
Akibat kedua “hantu” itu, puluhan petani tambak udang di kawasan marunda, CIlincing, Jakarta Utara, mengalami kerugian puluhan juta rupiah. Ratusan ribu bibit udang yang hampir panen milik penambak mati.
Ada seorang petambak yang mengaku rugi hingga Rp 36,8 juta. Oncim (45), penambak yang bermukim di RT 02/07 Marunda mengatakan, hampir dua bulan lebih ini ia menebarkan benih udang sebanyak 350 ribu ekor udang di lahan tambak seluas 7 hektar. Psalnya, masa panen tinggal satu bulan lagi sehingga rencana untuk menikmati hasil jerih payahnya pupus sudah.
“Akibat hantaman rob dan limbah minyak solar industri yang mencemari laut membuat bibit udang mati semua. Sehingga penambak bisa merugi puluhan juta rupiah. Soalnya untuk modal saja, saya mengeluarkan dana Rp 19,3 juta untuk benih dan pakannya,” tutur Oncim yang sebelumnya membudidayakan ikan bandeng dan beralih ke udang.
Ia menuturkan, peralihan dari penambak ikan bandeng ke udang karena udang masih bisa bertahan meskipun rob datang. Namun, hal tersebut diluar dugaannya, selain dihantam rob juga tercemar limbah sehingga semua bibit udang miliknya tidak ada yang tersisa.
Ia menambahkan, kerugian yang dialaminya sekitar Rp 36,8 juta, karena untuk pembibitan saja sekitar Rp 17,5 juta dengan 350 ribu ekor udang satu ekornya Rp 50. Di tambah pangannya Rp 150 ribu sebanyak empat karung selama tiga bulan sehingga keseluruhannya berkisar Rp 1,8 juta.
“Modal keseluruhannya Rp 19,3 dan biasanya untuk satu hektar saya mendapat keuntungan sekitar Rp 2,5 juta. Tapi sekarang semua kandas,” kata Oncim sembari menarik nafas dalam-dalam mengingat kerugian yang dialaminya.
Hal senada juga disampaikan Yasin (39), petambak lainnya di RT 04/07 Marunda. Tambak udang yang dimilikinya juga tidak luput dari hantaman rob. Padahal satu bulan lagi ia akan panen. “Kalau hanya hantaman rob, mungkin masih ada yang tersisa tetapi ini ditambah lagi pencemaran libah sehingga tak ada yang tersisa.
“Sekitar 150 ribu bibit udang di lahan tambak habis semua tidak tersisa. Padahal, modal saya untuk tambak masih hutang,” kata pemilik tambak yang hanya memiliki 1,5 hetar lahan itu dengan lirihnya.
Pria yang juga Ketua RT04 mengatakan, air pasang yang menerjang pemukiman dan tambak diakibatkan lambannya pembangunan tanggul permanen di sekitar pantai.
Tak hanya itu, sambungnya, jalan-jalan di sekitar Marunda juga minta ditinggikan hingga akses warga tetap lancar meski rob kerap menerjang.
“Saat ini tanggul masih dalam perbaikan dan peninggian. Padahal, kami sudah jauh-jauh hari memohon agar tanggul ditinggikan. Apalagi kawasan Marunda sudah masuk dalam program distinisi wisata pesisir. Bagaimana wisatawan akan betah datang ke sini kalau keadaannya seperti ini,” tandas Yasin.
Ketinggian Air Pasang
Sementara itu berdasarkan pantaun Pos Kota air pasang sudah tiga hari ini merambah ke pemukiman warga. Begitu juga, Senin (7/12) pukul 07.30 kembali naik hingga ketinggian 50 centimeter.
Dan air pasang menggenangi pemukiman hingga radius 500 meter hingga siang masih belum surut. Akibatnya sejumlah peralatan rumah tangga milik warga setempat diungsikan ke lokasi yang lebih tinggi. Limpahan air pasang juga merusak jalan menuju ke Masjid Al-Alam dan Pantai Publik Marunda.
Aman Bogor, Ketua RW 07 Marunda menjelaskan, air pasang maupun gelombang pasang laut merupakan hal yang diwaspadai para petambak. Di kawasan ini ada sekitar 18,5 hektar lahan pertambakan.
Mereka sudah pasti merugi jika ada air pasang. “Kejadian seperti ini memang sudah hampir tiap tahun dirasakan warga di sini,” terangnya. (cok/*pk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar