JAKARTA, M86 - Penanganan terhadap tongkang PB 17 yang tenggelam bersama 380 ton minyak solar (HSD) di kedalaman sekitar 32 meter membuat ratusan nelayan budidaya di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, resah dan was-was. Pasalnya, mereka khawatir hasil budi daya milik mereka bakal mati akibat pencemaran tersebut.
Soalnya, sejak insiden tenggelamnya tongkang yang ditarik Tug Boat KM Bengkalis dari Pelabuhan tanjung Periok menuju Pelabuhan Merak, Senin (28/02) lalu, hingga kini baru hanya dilakukan penandaan dari pihak KPLP.
Padahal, di lokasi tenggelamnya kapal tersebut, linangan minyak di permukaan laut telah meluas hingga sepanjang 4 kilometer dan lebar sekitar 30 meter.
Berdasarkan data Kelurahan Pulau Pari, saat ini di sekitar perairan pulau itu terdapat sebanyak 280 nelayan budidaya rumput laut, 27 kelompok budidaya ikan kerapu, dan 7 lokasi wisata konservasi.
"Memang saat ini angin dan arus laut ke arah timur, namun kita tetap khatir pencemaran akan terjadi dan merusak usaha kami," ungkap Taufik (42), salah seorang nelayan budidaya rumput di Pulau Pari, Jumat (04/03).
Dia berharap, pihak-pihak terkait dapat segera melakukan upaya penanganan sehingga ancaman pencemaran dapat dihindari. "Kami mohon segera dilakukan penanganan, kalau minyak sampai disini kami akan rugi besar," tuturnya.
Lurah Pulau Pari, Astawan mengamini warga Pulau pari utamanya berusaha budidaya tengah dirundung kekhawatiran. Pasalnya, bila arah angin tiba-tiba berubah dalam waktu dekat ini akan menjadi ancaman serius usaha budidaya warga.
"Mohon ini jangan dianggap sederhana, ini masalah hajat hidup ratusan nelayan yang memiliki usaha budidaya," tandasnya.
Sementara itu Kepala Kesatuan Pengamanan Laut dan Pantai (KPLP) Tanjung Priok, Nafri, membantah adanya pencemaran minyak solar (HSD) dari kapal tongkang PB 17 yang tenggelam di sekitar perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Dia memastikan, sebanyak 380 ton solar masih ada di dalam tangki tongkang dan secepatnya akan dilakukan penyedotan.
"Menurut saya, belum ada pencemaran yang terjadi. Karena sampai saat ini posisi tongkang terbalik dan belum ada solar yang keluar dari tangki," ungkap Nafri.
Dikatakan Nafri, pihaknya akan berupaya maksimal untuk melakukan penyelamatan dan pengangkatan tongkang dengan jalan dilakukan penyedotan dari tongkang yang tenggelam ke tongkang lain.
"Proses penyedotan akan dilakukan seaman mungkin dengan memasang oil bloom agar minyak tidak tercecer di laut," jelasnya.
Untuk memastikan itu, dia meminta pihak Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kepulauan Seribu melakukan pendampingan dalam proses penyedotan.
Bahkan, dia juga meminta pihak Slickbar Indonesia selaku konsultan penanganan pencemaran minyak melakukan kajian guna penyedotan dapat dilakukan dengan aman.
Kepala KLH Kepulauan Seribu, Bawasarasa mengatakan, pihaknya sampai saat ini belum dapat mengambil kesimpulan terkait ada atau tidak adanya pencemaran akibat tenggelamnya kapal tongkang tersebut. Dia menyebutkan, hasil laboratorium apung yang dilakukan kondisi air laut masih dalam tahap normal.
"Hasil pemeriksaan fisik yang kita lakukan kondisi air masih normal, derajat keasaman (PH) 8, Sanitasi 2,1 dan Temperatur 2,8. Sedangkan untuk kandungan belum dapat kita sampaikan karena harus dilakukan uji lab, paling cepat dalam satu minggu didapat hasilnya," jelas Bawas. (jek)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar