JAKARTA, MP - Untuk menyelamatkan pantai dari bahaya abrasi, Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepuluan Seribu, bekerja sama dengan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKpS) dan China National Offshore Oil Corporation (CNOOC), menanam 80 ribu bibit mangrove di Pulau Kelapa dan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
Sedikit 160 warga dari Pulau Kelapa dan Pulau Harapan berpartisipasi dalam penanaman yang dilakukan secara massal. Kegiatan yang dimulai pukul 09.00-15.00 itu memanfaatkan lahan sekitar 4 ribu meter persegi. "Ini penanaman kedua, sebelumnya kami juga menanam sebanyak 60 ribu bibit di empat lokasi, jadi totalnya sudah 140 ribu bibit" ungkap Masyuti Yasin, Kepala Coummunity Development dan CSR CNOOC.
Dalam program ini, CNOOC juga telah meyediakan anggaran sebesar Rp 150 juta. Dana ini akan digunakan untuk membeli bibit mangrove dari warga kepulauan. Setiap bibit dihargai Rp 1.000. Jika sudah terkumpul sampai minimal 50 ribu, maka akan dilakukan penanaman secara masal lagi. "Tiap bibit kita beli Rp 1.000 sekaligus dengan penanaman dan pemeliharaan. Nantinya, tanaman ini akan berguna bagi tempat tinggal mereka," ujar Masyuti.
Lurah Pulau Kelapa, Bunyamin mengatakan, program pengembangan masyarakat memiliki dampak ganda, yakni dapat menambah penghasilan warga karena bibit yang digunakan dibeli dari warga dan di masa yang akan datang mangrove itu akan berguna untuk menahan abrasi. "Program ini tepat, selain menambah penghasilan warga juga berguna untuk pulau ini dari ancaman abrasi," katanya.
Dengan itu, diharapkan warga tidak berhenti sampai menanam saja. Ke depan tanaman ini juga dipelihara. Sebab, tumbuhan ini membutuhkan waktu minimal lima tahun untuk menjadi dewasa. "Banyak yang menyebabkan rusaknya tanaman mangrove, seperti limbah, ombak besar, dan tangan-tangan jahil. Untuk itu kita harus jaga bersama mangrove ini," ujar Bunyamin.
Samudi (32), warga RT 03/04 Kelurahan Pulau Kelapa, mengaku sangat senang dengan adanya program ini. Selain dapat menyelamatkan lingkungan hidup, ia juga mengaku mendapat keuntungan sebesar Rp 10 juta dari penjualan 12 ribu bibit yang dipelihara selama 3 bulan. "Saya mengantongi untung bersih mencapai Rp 10 juta. Alhamdulillah ini rezeki anak saya yang mau masuk kuliah," ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Anisah (26), warga RT 01/02 Kelurahan Pulau Harapan. Wanita yang juga guru di SDN 01 Pulau Harapan Pagi itu mengaku, tidak sia-sia meluangkan waktu usai mengajar untuk melakukan pembibitan. Meski hanya 5 ribu bibit yang dibeli, itu sudah cukup menambah pendapatan keluarga. "Kalau mengandalkan honor menjadi guru bantu, butuh waktu lama untuk mengumpulkan uang Rp 5 juta," terangnya. (mp/*bjc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar