Rabu, Mei 26, 2010

Rawan Ambruk, Pasar Sindang Ditinggal Pedagang

JAKARTA, MP - Sedikitnya 137 pedagang eks Lorong 104, Koja, sepertinya gagal direlokasi ke Pasar Sindang di Jl Sindang Raya, Koja, Jakarta Utara. Hal itu dikarenakan kondisi bangunan Pasar Sindang sudah sangat memprihatinkan dan rawan ambruk. Bahkan sebenarnya pedagang eksisting Pasar Sindang sudah lama meninggalkan pasar tiga lantai tersebut. Ironisnya, PD Pasar Jaya selaku pengelola pasar tradisional itu belum melakukan rehabilitasi terhadap pasar yang dibangun tahun 1989 ini.

"Lihat saja mas, bangunan pasar ini sudah tak layak lagi digunakan. Malah atap plafonnya banyak yang sudah ambruk dan sering bocor saat hujan. Bagaimana mau pindah ke sana kalau kondisinya seperti itu," kata Rizal, pedagang pakaian yang masih tetap menggelar dagangannya di Jalan Lorong 104 ini, Rabu (26/5). Ia mengaku, berdagang di pinggir Jl Lorong 104 harus kucing-kucingan dengan petugas Satpol PP. Namun demikian, sejak peristiwa kerusuhan makam Mbah Priok pengawasan Satpol PP sedikit mengendur.

"Ya, kami manfaatkan saja situasi ini dengan berdagang di sini mas. Daripada pindah ke Pasar Sindang tapi sepi pembeli," kata pria yang sudah 8 tahun berdagang pakaian ini. Karenanya ia rela membayar mahal demi dapat berjualan di pinggir jalan meskipun sering dikejar petugas Satpol PP.

Hal senada diungkapkan Kencleng, pedagang elektronik yang enggan pindah ke Pasar Sindang. Menurutnya, selain sepi pembeli, kondisi bangunan pasar juga sudah lapuk dan berbahaya. "Banyak atap plafonnya yang ambrol. Sudah tidak ada pembeli, kami takut jadi korban jatuhnya plafon," katanya.

Pantauan di lapangan, kondisi lantai dasar Pasar Sindang bisa menampung 171 kios, 45 konter, dan 35 los. Kemudian di lantai satu ada 114 kios, 74 konter, dan 162 los. Sedangkan di lantai dua sebelumnya digunakan sebagai bioskop. Sayangnya saat ini kondisi bangunan pasar itu sudah hancur dan tak terurus. Saat ini jumlah pedagang yang masih aktif hanya 60 pedagang. Mereka hanya menempati kios di lantai dasar. Sedangkan lantai satu tidak ada pedagang yang berjualan lantaran sudah pindah ke lantai dasar. Di lantai tersebut saat ini sudah bocor semua sehingga tidak layak pakai. Selain itu kondisi di lantai dua yaitu bioskop atapnya juga sudah bocor.

Untuk menarik pedagang eks Lorong 104, pihak pasar melakukan pengecatan pada kios-kios yang sudah ditinggal pedagangnya sejak tahun 1990 lalu itu dengan menghabiskan anggaran Rp 30 juta. Namun masih terkesan kumuh. Ini terlihat di lantai bekas bioskop yang tak terurus seperti kaca jendela pecah, plafon jebol. Ternyata upaya itu pun tak menarik perhatian eks pedagang lorong 104. "Waduh memang pasar ini jelek banget. Sepi penjualnya dan jarang pengunjungnya. Mungkin kalau malam suka dipakai tempat mesum atau tempat nongkrong preman,"kata Engkos warga Sindang, Koja, yang rumahnya berdekatan dengan pasar tersebut.

"Siapa yang mau ke situ. Meskipun pasarnya dicat tetap saja sepi nggak ada pembeli. Mending saya bayar mahal di pinggir jalan tapi masih banyak pembelinya," kata Rinhard pedagang Lorong 104 lainnya.

Manager Area 2 Pasar Jaya, Farouk Saleh, mengatakan, telah membatalkan para pedagang eks Lorong 104 untuk ke Pasar Sindang karena batas waktu telah berakhir sejak 31 Maret 2010 lalu. Rencananya kios-kios yang ada akan ditawarkan kepada pedagang lain.

Saat ini, meskipun ada permintaan dari pedagang eks Lorong 104 untuk pindah ke pasar namun Farouk tidak bisa memenuhi permintaan tersebut karena akan memakan biaya banyak. "Jadi kami hanya bisa melakukan pengecetan ulang dan membersihkan kios. Sedangkan untuk rehab total tidak mungkin karena membutuhkan biaya besar," tandasnya. (red/*bj)

1 komentar:

Related Posts with Thumbnails